Selasa, 10 Desember 2013

Penghormatan Alam Kepada Khairul Anam (Sebaik-baik Manusia)

Di sudut pagi, Rasulullah tampak sangat ceria dan berseri-seri. Lalu, sahabat menanyakan kepadanya tentang apa yang membuat beliau terlihat gembira. Kemudian Nabi menjawab bahwa Jibril telah datang kepadanya dan berpesan, “Hai Muhammad jika ada seseorang memberi shalawat kepadamu sekali, maka Allah akan bershalawat untuk orang itu 10 kali, dan akupun akan bershalawat untuk orang itu 10 kali.”


Rasulullah bersabda, “Jika seorang berkirim salam kepada Allah untukku, maka Allah akan mengembalikan ruhku kepada tubuhku dan aku akan menjawab salam orang itu.” Lalu para sahabat bertanya, “Jika engkau sudah mati, maka tubuhmu akan membusuk dan hancur, lalu engkau akan kembali ke tubuh yang mana?” Rasul menjawab, “sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada bumi untuk memakan hancur tubuh nabi.” Hadis ini diambil dari hadis shahih, dapat dilihat dalam Fiqhu Sunnah karya Syekh Sayid Sabiq.

Sebagian ulama berpendapat bahwa jasad Nabi masih utuh dan tidak hancur sedikit pun hingga saat ini. Kalau ada seseorang yang bershalawat kepadanya, maka Allah akan mengembalikan ruhnya kepada jasadnya untuk bershalawat kepada orang yang telah memberinya shalawat itu. Dari ruh Nabi itu memancarkan gelombang energi cinta kepada orang yang bershalawat, berziarah dan berdoa untuk dirinya.

Seseorang tidak memerlukan pengetahuan yang tinggi tentang sejarah Nabi dan pengetahuan tentang ajaran Islam untuk mendapatkan energi itu, karena energi Nabi itu akan hadir begitu saja sehingga menimbulkan gejolak emosional yang tak tertahankan. Maka, wajarlah jika kemudian banyak orang menangis terharu ketika mengucapkan shalawat kepada Nabi, apalagi ketika mereka menziarahi kuburan beliau di Madinah.

Tidak hanya Allah, para malaikat dan hamba-hamba-Nya yang saleh saja yang bershalawat kepada Nabi, tetapi semua makhluk yang lain pun melakukan hal yang sama. Alam pun ikut memberi shalawat. Seperti, awan yang selalu melindungi Rasul kemana pun beliau pergi, sehingga beliau tidak kepanasan dalam perjalanan. Peristiwa ini terjadi ketika beliau pergi bersama pamannya, Abu Thalib untuk berdagang ke Syam (Syiria). Ini merupakan bentuk ketundukan dan penghormatan alam kepada khairu anam (sebaik-baiknya manusia).


Demikian juga ketika Nabi akan menggunakan sepatu panjangnya untuk keluar rumah. Tiba-tiba seekor elang besar menyambar sepatu Nabi dan menerbangkan sepatu itu ke udara. Para sahabat yang menyaksikan peristiwa itu langsung berusaha untuk memanah elang itu, karena dianggap kurang ajar kepada Nabi. Namun, Nabi melarang memanah elang tersebut. Bebarapa saat kemudian, elang itu mengayun-ayunkan dan membalingkan sepatu itu di udara hingga keluar ular gurun berbisa dari dalam sepatu. Ular tersebut terlempar ke tanah dan sepatu itu pun jatuh menyusul kemudian. Ternyata, elang pun mampu menunjukan penghormatan dan penyelamatan untuk menjaga Rasulullah SAW. Sang elang tak mau melihat seekor ular berbisa menggigit kaki Nabi, hingga secepat kilat menyambar sepatu itu.

Kemudian, ada pula kisah yang diambil dari hadis sahih yang lain, yaitu ketika Nabi dan Abu Bakar Siddiq, serta dua orang sahabat yang lain tiba di gunung Uhud. Tiba-tiba terjadi gempa beberapa kali di sekitar bukit itu. Lalu, dengan serta merta Rasulullah menghentakkan kakinya ke tanah dan bersabda, “Wahai Uhud, di atasmu ada Rasulullah dan Abu Bakar Siddiq beserta dua orang sahabat yang akan mati syahid. Diamlah! (uskut!)” Tiba-tiba, gunung Uhud pun berhenti bergemuruh. Begitu hormatnya alam terhadap Rasulullah, sehingga mereka diam dan taat mendengarkan perintahnya. Sehingga wajarlah jika dikatakan dalam Al-Quran bahwa Nabi Muhammad diutus ke dunia ini untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya manusia yang tunduk dan taat kepada Rasulullah, tetapi seluruh makhluk di dunia ini mendapatkan rahmat dari diri Rasulullah Saw.

Allah berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” (QS Al-Anbiya [21]: 107). Namun, pada saat yang sama, Nabi Muhammad adalah manusia biasa. Beliau juga makan, minum, tidur, pergi ke pasar, merasa sakit dan bersedih. Nabi dicaci-maki, dihina, dicemooh, dianiaya, dan dilempari kotoran, bahkan berkali-kali hendak dibunuh. Sehingga, tidak alasan sedikit pun bagi manusia untuk mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah sesuatu yang mustahil dilakukan oleh manusia biasa. Jadi, lengkaplah sudah jika Allah berfirman bahwa Muhammad adalah manusia biasa, tetapi dia tidak seperti manusia yang lainnya. Muhammad memang betul-betul menjadi figur yang tiada tandingnya, dan harus diikuti dan ditaati oleh makhluk yang lainnya. Jika, Muhammad bukan manusia biasa, mungkin banyak orang akan berdalih bahwa Muhammad memang patut melakukan ini dan itu, dan tidak bisa diikuti oleh manusia biasa.

Muhammad adalah figur manusia yang sederhana dan bersahaja, meskipun dia mampu mendapatkan apa saja jika dia mau memintanya. Bahkan, beliau tidak segan-segan menolak untuk menerima pemberian dari orang lain, kerana merasa masih banyak orang lain yang lebih membutuhkan, padahal posisinya ketika itu sangat miskin. Beliau sama sekali tidak menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Meskipun orang sudah mengusir, mengancam, menganiaya, dan menghinanya, tetapi Nabi tetap mendoakan orang tersebut agar sadar. Beliau bahkan mendoakan agar dosanya diampuni. Nabi menolak tawaran malaikat untuk membumihanguskan mereka, padahal jika dia mau, maka malaikat tinggal membalikan telapak tangannya. Bahkan, Abu Lahab yang telah banyak sekali menyakiti dirinya, justru dikunjungi Nabi ketika sakit. Muhammad selalu memberi maaf kepada orang yang pernah menyakitinya.

Nabi Muhammad Saw. adalah figur seorang bapak, suami, kakek, pedagang, pemimpin, pendidik, dan penderma yang tiada duanya di muka bumi ini. Wajarlah jika dikatakan oleh Siti Aisyah bahwa akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Quran. Keluhuran budi pekerti Nabi terpahat dalam ingat semua sahabat yang menyaksikan sepak terjang beliau, hingga menimbulkan kerinduan yang dalam bagi umat sepeninggalnya. Kita tidak akan menemukan figur beliau sampai kapan pun dan dimana pun, yang ada hanyalah pewaris-pewaris par nabi yang terus menerus memperjuangkan dakwah Islam, selalu mencontohkan akhlak rasul, dan mengajarkan ketakwaan kepada Allah Swt., mereka adalah para wali, ulama, guru-guru dan orang saleh yang mempunyai keimanan dan ketakwaan yang tinggi. Mereka yang kita sebut sebagai pewaris para nabi adalah mereka yang benar-benar jiwa dan raganya diabdikan untuk Allah dan perjuangan rasul-Nya.Tanpa bantuan mereka kita tidak dapat menikmati nikmatnya iman dan Islam yang kita miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar